Breaking News

TETAPLAH BHINEKA TUNGGAL IKA


Indonesia merupakan negara yang kaya akan ras, suku, budaya, bahasa, maupun Agama. Di Indonesia sendiri ada 6 Agama yang diakui yakni Islam, Khatolik, Kristen, Buddha, Hindu dan Khong Hu Chu. Masyarakat dibebaskan untuk memeluk agama sesuai kepercayaan dan hati nuraninya seperti yang dijelaskan dalam Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama”.

Perbedaan itulah sebenarnya yang membuat daya tarik tersendiri, kita diajarkan untuk saling mengenal. Seperti firman Allah yang ada di Q.S Al-Hujurat ayat 13 “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Toleransi itu penting, karena Indonesia terdiri atas berbagai macam perbedaan. Perbedaan itu tidaklah membuat kita hina sebab itulah kekuatan sebenarnya negara kita. Dengan adanya perbedaan, kita bisa menyatukan pendapat, saling mengerti, saing memahami. Jangan jadikan perbedaan itu sebuah konflik yang besar.

Masih ingatkah kalian pada jasa pahlawan Kristen Martha Christina Tiahahu yang angkat senjata melawan kolonial Belanda, pahlawan Nasional Tionghoa Lie Tjeng Tjoan atau Laksamana Muda TNI (Purn.) John Lie yang memasok persenjataan bagi para pejuang, pahlawan Kristen Kapitan Pattimura (Thomas Matulesy) yang telah merebut benteng Belanda pada tahun 1817, pahlawan Kristen Robert Wolter Monginsidi yang mengorbankan jiwa mempertahankan kemerdekaan dari Agresi Militer Belanda, pahlawan Katolik Agustinus Adisutjipto yang gigih berjuang sampai namanya diabadikan menjadi nama Bandara di Yogyakarta, pahlawan Katolik Komodore Yos Sudarso yang gugur dalam pertempuran melawan Belanda diatas KRI Macan Tutul. Apakah kalian ingat?

Mereka juga pahlawan NKRI, mereka rela berkorban dan rela mati hanya untuk mempertahankan dan merebut kemerdekaan NKRI. Mereka ikut berjuang di medan perang bersama Bung karno, Bung Hatta dan yang lainnya. Prisip yang mereka pegang adalah “MERDEKA ATAU MATI”. Mereka tidak pernah mempermasalahkan suatu perbedaan dalam berjuang. Lalu kenapa kita yang tidak ikut serta dalam berjuang melawan penjajah dan memerdekakan NKRI malah mempermasalahkan suatu perbedaan? Perbedaan tersebut yang membuat NKRI kuat. Seperti pedoman kita dalam bernegara yakni “Bhineka tunggal ika (Berbeda beda tetapi tetap satu tujuan)” supaya menjadi pedoman kita dalam bermasyarakat yang aman damai terntram dan penuh toleransi terhadap perbedaan yang ada. Tetaplah Bhineka tunggal ika, tetaplah pegang janjimu sebagai Warga Negara Indonesia, Berpegangteguhlah pada PANCASILA sebagai dasar bernegara, jadikan UUD 1945 sebagai landasan Hukum bernegara dan ikutsertalah dalam membela dan mempertahankan NKRI. Seperti penggalan kata yang pernah disampaikan oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari “HUBBUL WATHON MINAL IMAN ( CINTA TANAH AIR ADALAH SEBAGIAN DARI IMAN)” yang kemudian diabadikan oleh KH.Abdul Wahab Hazbullah menjadi lirik lagu “Ya lal wathon”.

sumber : ipnu.or.id

Tidak ada komentar